Upacara pernikahan di Indonesia
merupakan upacara yang dianggap sangat sakral dan diselenggarakan secara meriah
dan terencana disesuaikan dengan tradisinya.
Dalam adat Madura, Jawa Timur, prosesi pernikahan dimulai dengan acara
lamaran. Sebelum melamar, pihak laki-laki biasanya memberi kabar.
Terlebih dahulu kepada pihak
perempuan yang akan dinikahinya.
Pemberian kabar ini dalam adat Madura disebut ngangini. Kemudian dilakukan pertemuan berikutnya yang
disebut arabar pagar, yaitu pertemuan perkenalan antara kedua orang tua calon
pengantin. Dalam pertemuan arabar pagar biasanya pihak keluarga laki-laki
memberi hadiah berupa perlengkapan kosmetik, beras, dan pakaian adat Madura.
Pemberian hadiah kepada calon pengantin dalam adat Madura ini disebut ater tolo
atau alamar nyaba “jajan”.
Dalam pertemuan kedua keluarga calon
pengantin dilakukan juga nyeddek temo, yaitu penentuan hari dan tanggal
pernikahan. Setelah lamaran diterima,
biasanya sang laki-laki memberi pakaian dan stagen kepada sang perempuan
sebagai lambang bahwa perempuan tersebut akan menikah. Seminggu setelah acara
lamaran, keluarga dari pihak perempuan memberi kunjungan balasan ke keluarga
laki-laki. Pihak perempuan juga membawa hadiah untuk pihak laki-laki yaitu
berupa hidangan nasi dan lauk pauknya. Kunjungan balasan pihak perempuan ke
pihak laki-laki ini meresmikan hubungan sang laki-laki dan perempuan.
Setelah hari dan tanggal pernikahan
telah ditentukan, sang calon pengantin perempuan akan melakukan persiapan
kecantikan di rumahnya. Persiapan kecantikan tubuh dalam adat Madura dilakukan
40 hari sebelum waktu pesta pernikahan. Selama 40 hari, sang calon pengantin
perempuan dipingit dirumah. Dipingit berarti tidak boleh keluar rumah selama
waktu yang ditentukan.
Untuk perawatan kecantikan kulit sang
perempuan biasanya menggunakan berbagai macam bedak, yaitu bedak penghalus
kulit, bedak dingin, bedak mangir wangi, dan bedak bida yaitu bedak tradisional
untuk menyehatkan kulit, menghaluskan wajah, menjadikan kulit kuning langsat,
dan menghilangkan bau badan. Selain itu calon pengantin perempuan juga merawat
rambut dengan wangi-wangian dan dupa.
Pakaian resepsi pernikahan pengantin
Madura tidak berbeda dengan pakaian adat
dari daerah lain di Jawa. Dalam pernikahan Madura, pengantin laki-laki mengenakan
baju adat yang disebut beskap dengan kain panjang. Pengantin laki-laki juga
mengenakan blangkon yaitu penutup kepala tradisional dari Jawa. Saat memakai
pakaian pernikahan, pengantin laki-laki ditemani oleh orang tua dan kerabat
keluarga yang dituakan. Sedangkan pengantin perempuan mengenakan kebaya, yaitu
pakaian tradisional Jawa untuk perempuan, dan juga kain panjang. Setelah kedua
pengantin resmi dinikahkan secara agama, resepsi pernikahan kemudian
diselenggarakan pada malam harinya. Resepsi pernikahan biasanya dilakukan di
rumah keluarga perempuan. Namun dalam era modern ini banyak pasangan pengantin
yang melangsungkan pesta pernikahan dengan menyewa tempat di hotel atau tempat
lainnya.
Resepsi pernikahan dalam adat Madura
dilakukan selama tiga malam berturut-turut. Pada resepsi malam pertama, kedua
mempelai pengantin datang ke tempat resepsi dengan diiringi para perias dan
para kerabat yang dituakan. Setelah kedua mempelai tiba, diselenggarakanlah
upacara muter dulang yaitu upacara ketika pengantin perempuan duduk bersila
diatas sebuah baki, yaitu tempat untuk menyajikan makanan yang besar. Setelah
itu, pengantin laki-laki datang dengan jalan jongkok menuju kearah pengantin
perempuan. Pengantin laki-laki kemudian memutar baki yang diduduki oleh pengantin perempuan.
Upacara memutar baki ini
melambangkan kesiapan pengantin laki-laki untuk memutar roda kehidupan rumah
tangga. Setelah memutar baki yang diduduki oleh pengantin perempuan, pengantin
laki-laki memegang kepala sang perempuan dengan mengucapkan kalimat, “Aku
adalah suamimu dan engkau adalah isteriku”. Kemudian pengantin laki-laki
mengajak pengantin perempuan berjalan menuju pelaminan. Pada resepsi malam
pertama ini kedua pengantin mengenakan busana pengantin tradisional yang
disebut lega.
Pada
resepsi malam yang kedua pengantin
mengenakan busana pengantin yang disebut kaputren. Pada malam kedua ini para
tamu yang datang ke pesta hanya terdiri dari para kerabat yang dituakan dan
kerabat dekat. Pada resepsi malam ketiga, kedua pengantin mengenakan riasan
khusus yang disebut rias lilin dengan kebaya putih dan hiasan melati sebagai
simbol kesucian. Setelah resepsi malam ketiga selesai, keesokan harinya kedua
pengantin melakukan kunjungan kerumah keluarga dan kerabat. Pada setiap
kunjungannya, pengantin perempuan akan diberi ontalan yaitu kalimat ucapan
“selamat menempuh hidup baru”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar